... yang ada penyakit dalam hatinya ...



... YANG ADA PENYAKIT DALAM HATINYA ...




فَتَرَى ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يُسَٰرِعُونَ فِيهِمۡ يَقُولُونَ نَخۡشَىٰٓ أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٞۚ فَعَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَ بِٱلۡفَتۡحِ أَوۡ أَمۡرٖ مِّنۡ عِندِهِۦ فَيُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَآ أَسَرُّواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ نَٰدِمِينَ  


Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. 
                                                                                                                                           ( al-Maidah :52)


Fa tara (maka kamu – hai Muhammad atau orang yang berhak dihithabi – melihat) dengan pandangan mata

Alladzina fi dulubihim maradlun (orang-orang yang dalam kalbunya ada penyakit) kemunafikan dan kelemahan aqidah agama.

Yusari’una fihim (bergegas pada mereka). Yusari’una merupakan keterangan dari alladzina, yakni: Mereka bergegas dalam berwali dan meminta pertolongan mereka. Pemakaian Fi lebih utama dari pada ila, supaya menunjukan bahwa mereka tetap berada dalam perwalian, dan kesegeraan mereka lebih kuat daripada kesegeraan orang lain. Yang dimaksud  dengan “órang-orang” dalam ayat ini ialah Abdullah bin Ubay dan para konconya yang bergegas dalam berkasihsayang dengan kaum yahudi dan nasrani Najran. Mereka berdalih kepada Kaum Mu’minin bahwasannya mereka tidak merasa aman dari bencana perputaran zaman, sebagaimana Allah berfirman:

Yaquluna Nakhsya an tushibana da-iratun (mereka berkata – sambil berdalih: -- “kami takut akan tertimpa bencana”), yakni berbagai putaran bencana yang akan menimpa kami dan peputaran kekuasaan sehingga sekali berkuasa dan lain kali dikuasai. Pendapat lain mengatakan: “Ayay itu berarti: Kami takut akan tragedy zaman, seperti kekeringan dan kekurangan pangan menimpa kami sehingga mereka (yahudi dan nasrani) tidak memberi kami persediaan makanan atau pinjaman. Boleh jadi yang mereka maksudkan dengan  ad-dawa-ir  itu ialah makna yang kedua, yaitu penguasan segala sumber daya yang diperlukan manusia.

Fa’asallahu ayya’tiya bil fat-hi (mudah-mudahan Allah akan dating membawa kemenangan). Penggalan ayat ini merupakan bantahan Allah Ta’ala bagi perkiraan-perkiraan mereka yang batil dan memutuskan harapan mereka yang kosong, serta sebagai kabar gembira bagi Kaum Mu’minin yang dijanjikan keberuntungan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat mudah menepati janji secara pasti, sebagaimana halnya orang dermawan yang diminta makanan, pasti ia akan mudah memberinya. Maka bagaimana sangkaanmu terhadap Dzat Yang Maha Dermawan?
Yang dimaksud dengan Al-fat-hu ialah jatuhnya kota Mekah datu jatuhnya kota Yahudi yaitu Khaibar dan Fadak’ atau al-fat-hu itu artinya keputusan penentu dengan memberikan pertolongan kepada Nabi saw. dalam mengalahkan orang yang menentangnya, dan menunjukan mulianya agama (Islam).
Al-Haddadi berkata : “Pertolongan disebut al-fat-hu karena pertolongan itu mengandung keterbukaan persoalan yang terkunci.”

Au amrim min ‘indihi (atau keputusan dari sisi-Nya) dengan memotong korang yahudi mem\lalui perang dan pengasingan. As-sya’fah artinya luka bernanah yang ada di telapak kaki lau dipanasi dengan besi (panas) dan dihilangkan. Dalam pribahasa dikatakan: Ista’shalallahu sya’fatahu, yakni Allah melenyapkannya seperti lenyapnya luka tersebut dengan besi yang panas.

Fa yushbihu (maka jadilah mereka) kaum munafik yang berdalih dengan ayat-ayat diatas.

Ala ma asarru fi anfusihim nadimin (menyesal atas apa-apa yang mereka sembunyikan didalam dirinya) yang berupa kekafiran dan keraguan mengenai masalah Rasulullah saw.

Comments

Popular posts from this blog

... janganlah kalian menyembunyikan kebenaran ...